Realizing My Potential and Fighting For It Pt.1: Millih Jurusan IPA atau IPS
- Yosifia Gundari
- Aug 22, 2020
- 3 min read
IPA atau IPS ya? struggle anak sma
Tahun 2015, aku lulus Sekolah Menengah Pertama dan dihadapi lagi dengan tawaran untuk masuk sekolah formal. Awalnya aku sempet tertarik masuk ke jalur formal di SMA, mengenang saat-saat masih sekolah formal dimana ada suara bel sekolah, pakai seragam, dan lain-lain, tapi kali ini terutama untuk belajar lebih menjurus karena aku tertarik dengan SMK dimana kita akan dilatih skill tertentu di masa remaja (SMA). Aku suka banget masak, hampir tiap hari selalu bantu-bantu Mama masak dan bikin proyek sendiri, dan berpikir sepertinya ini jalan yang harus aku tempuh, aku mau jadi chef dan membangun bisnis rumah makan.
Aku hampir daftar di SMKN 9 Bandung untuk masuk ke jurusan Tata Boga karena denger-denger mereka adalah sekolah menengah kejurusan yang bagus. Tapi pas udah di depan gerbang SMKN 9, tiba-tiba aku flashback dan hatiku ditarik kembali untuk tetap HS. Gajadi daftar deh, aku pikir takutnya akan menghabiskan waktu di satu jurusan yang siapa tau pas dijalanin ternyata ga jodoh dan pikir lebih baik ambil waktu lagi dengan lebih santai dan pasti untuk explore lebih banyak untuk mengenal potensi yang aku miliki. Jadi aku memutuskan untuk kembali HS dan mencoba belajar lebih dalam memasak selama HS.
Setelah kembali HS, aku harus memilih jurusan IPA atau IPS, menurutku ini penting banget untuk dipikirkan baik-baik sebelum memilih karena memilih jurusan ini akan menyangkut keefektifan kita dalam persiapan untuk lulus sekolah di masa depan. Aku coba unuk pilih jurusan yang akan cocok dengan rencanaku saat lulus SMA.
Sebelum memilih jalur IPA/IPS aku ikut psikotes, aku dapat penilaian dari psikotes tersebut bahwa kesukaan dan kekuatanku untuk berbisnis itu sangat dominan dan kesukaanku akan memasak itu bisa jadi hobi. Kemudian psikolog tersebut menunjukan bahwa aku bisa mengikuti either IPA atau IPS. Setelah konsultasi lagi dengan keluarga dan berpikir keras, akhirnya aku memilih jalur IPS yang steriotip orang bilang jalur siswa yang ga keterima di IPA atau bisa dibilang yang pinter ya masuk IPA. OK you know what? Jangan sampai kalian berpikir seperti itu, and not in my school! Bahkan di kelompok belajar HS-ku dulu, jalur IPS lebih banyak peminatnya. Sebenernya agak khawatir saat memilih jalur IPS yang katanya lebih banyak bacaan, karena aku gabisa baca (bukan gabisa baca kaya pas kelas TK-B ya) tapi karena kurang berbakat dalam membaca buku dan belajar/merangkum dari sebuah buku bacaan. Anehnya ketika aku baca tulisan aku harus baca satu kalimat minimal dua kali buat paham arti dari bacaan tersebut. Kenapa akhirnya ke IPS bukan IPA, karena aku mikir, guys (akhirnya kamu mikir, Fi! wkwk) pas lulus nanti mau ngapain, ya? Memasak ternyata sekedar hobi yang sama-sama aku suka seperti hobiku yang lain yang menggunakan motorik halus (menggambar dan crafting). Hasil psikotes tersebut membukakan mata (lebay) dan memberikan refleksi diri tentang apa yang selama ini aku suka dan lakukan sebelum menentukan jurusan IPA/IPS.
Menurutku bagus banget untuk kita coba berkonsultasi ke psikotes untuk memilih baik jurusan IPA/IPS dan saat akan memilih jurusan kuliah, selagi kita masih remaja cobain sebanyak mungkin aktivitas dan belajar tentang banyak hal. Mungkin ga semua orang cepat untuk menemukan potensinya tapi, it’s okay! Banyak orang yang baru tau potensinya di umurnya yang enggak muda lagi, Just don’t waste your time to stuck in one job while you’re young! Try everything first! Aku bersyukur karena gajadi memilih jurusan tata boga saat SMA, karena aku diberi lebih banyak waktu buat explore, aku jadi lebih yakin dengan apa yang aku mau lakukan nanti.
Selama tiga tahun masa SMA, aku berjuang menggunakan waktuku sebaik mungkin yang bisa berguna masa depanku setelah lulus. Aku mendalami jurusan IPS dan mengikutsertakan diri ke banyak hal seperti lebih banyak say yes ke proyek-proyek yang diberikan komunitas HS. Aku coba untuk lebih aktif lagi di organisasi terutama pramuka yang mengajarkan baik leadership, survival skill, hard skill dan soft skill, (di pramuka aku jadi ketua ambalan), mengatur sebuah acara dan kolaborasi untuk mendapat lebih banyak pengalaman dan pelajaran. Hopefully keahliah-keahlian ini dapat berguna kedepannya –continue to part 2 (coming soon)
Comments